Kiwari, masalah obesitas, hipertensi, dan hiperlipidemia semakin meningkat pada perempuan. Faktor-faktor risiko tersebut merupakan kontribusi utama terhadap peningkatan kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Diseluruh dunia Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian di dunia termasuk di Indonesia. Di dunia, PJK dan Stroke membunuh 17,5 juta orang ditahun 2005, terdapat 50% dari jumlah tersebut adalah perempuan. PJK dan Stroke menyebabkan kematian perempuan setiap tahun, melebihi penyebab kanker, tuberkulose, dan HIV/AIDS.. Terdapat 1 dari 4 perempuan meninggal karena PJK , sedangkan 1 dari 9 perempuan meninggal karena penyakit kanker payudara dan 1 dari 18 perempuan meniinggal karena berbagai kanker.
PJK dan Stroke lebih sering terjadi pada perempuan yang telah menopause dan disertai penyakit-penyakit komorbiditas, yaitu selain hipertensi, juga hiperlipidemia, diabetes mellitus dan menghilangnya efek proteksi estrogen terhadap system kardiovaskular. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya PJK dan stroke dan memberikan dampak terhadap sekitar 26,4% dari keseluruhan populasi dewasa di dunia, sehingga diperkirakan jumlah pasien hipertensi akan terus meningkat sampai dengan 1,5 milyar pada tahun 2025.
Pada wanita hipertensi, risiko PJK dan stroke jauh lebih tinggi dibandingkan wanita normotensi, yaitu dengan Rasio Risiko/ RR 3.5 untuk PJK dan 2,6 untuk stroke, Menurunkan tekanan darah diastolik menjadi < 85 mmHg akan menurunkan risiko untuk semua jenis PJK sebesar 30% dan dengan pengobatan yang memadai dapat menurunkan 33% mortalitas , 37 % stroke Penatalaksanaan hipertensi bertujuan mencapai tekanan darah < 140/90 mmHg (bagi pasien non diabetik) atau tekanan darah <130/80 mmHg (bagi pasien diabetes atau dengan penyakit ginjal kronis). Jika tekanan sistolik 120-139 dan diastolik 80-89 mmHg, perubahan gaya hidup akan membantu menurunkan tekanan darah. Namun jika tekanan darah >140/90 mmHg, terapi anti-hipertensi sudah perlu diberikan, meskipun tidak ada tanda-tanda PJK.
Modifikasi aktivitas renin-angiotensin-aldosterone system (RAAS) penting diaplikasikan pada wanita peri atau post menopause yang menderita hipertensi. Pada masa menopause tersebut, para wanita dapat mengalami sindroma klimakterik akibat kekurangan estrogen endogen. Dokter yang mengelola pasien menopause akan memberikan terapi hormon untuk mengatasi masalah tersebut. Pemberian hanya estrogen akan memicu aktivitas mineralokortikoid dengan meningkatkan kadar angitensinogen dan menstimulasi RAAS, yang akibat lanjutnya dapat menyebabkan retensi cairan dan memicu peningkatan tekanan darah dan kenaikan berat badan. Sebagai counterbalance dibutuhkan efek antimineralokortikoid yang biasa ditemukan pada progesteron alami untuk mengimbangi efek retensi cairan dari estrogen.
Untuk mencegah kenaikan berat badan dan tekanan darah, maka pemilihan terapi hormon untuk wanita menopause dengan hipertensi atau dengan obesitas perlu memilih preparat progestogen yang mempunyai efek antimineralkortikoid . Terapi hormon kombinasi estrogen dan progestogen untuk penatalaksanaan menopause adalah sediaan 17 Beta estradiol dalam kombinasi dengan drospirenone, sebagai progestogen yang mempunyai efek antimineralokortikoid.
Jetty RH Sedyawan SpJP.K
Konsultan Kardiovaskuler Bagian Obstetri – Ginekologi FKUI
Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUIPresentasi pada symposium: Upaya meningkatkan Kualitas hidup Wanita
Perkumpulan Obstetri dan ginekologi Indonesia (POGI ) dan Perhimpunan Menopause Indonesia (Permi) , cabang Banjarmasin Hotel arum Kalimantan, Banjarmasin 20 Desember 2008